Sabtu, 21 November 2015

sumber pencemar anorganik dan organik sintetik


TUGAS EKOTOKSITOLOGI
(SUMBER PENCEMAR ANORGANIK DAN ORGANIK SINTETIK)



 

  



KELAS 01
KELOMPOK 2

RENY ELFITA
ANDI MAJIDEK

RAFIQUL M ICHSAN
JERIANSYAH
PATIANI




Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tanjungpinang, Kepulauan Riau
2015


BAB I
PENDAHULUAN

a.       Latar belakang
Menurut Keputusan  Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup NO. 02/MENKLH/I/1998 yang dimaksud dengan polusi atau pencemaran air dan udara adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam air/udara dan atau berubahnya tatanan (komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air/udara turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Semakin meningkatnya perkembangan industri, baik industri migas, pertanian, maupun industri non-migas lainnya, maka semakin meningkat pula tingkat pencemaran pada perairan, udara dan tanah yang disebabkan oleh hasil buangan industri-industri tersebut. Hal ini merupakan deret ukur dari pertumbuhan pabrik, jumlah mobil, jumlah penduduk, dan konsumsi bahan bakar fosil (minyak bumi). Dalam kehidupan sehari – hari kita membutuhkan air yang bersih untuk minum, memasak, mandi, mencuci dan kepentingan lainnya. Air yang kita gunakan harus berstandar 3B yaitu tidak berwarna, tidak berbau dan tidak beracun. Tetapi banyak kita lihat air yang berwarna keruh dan berbau sering kali bercampur dengan benda – benda sampah seperti plastik, sampah organik, kaleng dan sebagainnya. Pemandangan seperti ini sering kita jumpai pada aliran sungai, selokan maupun kolam- kolam. Air yang demikian disebut air kotor atau air yang terpolusi. Air yang terpolusi mengandung zat- zat yang berbahaya yang dapat menyebabkan dampak buruk dan merugikan kita bila di konsumsi.
Keadaan air yang ada disungai-sungai, danau, dan laut yang berada di Indonesia, sebagian besar sudah terkontaminasi oleh berbagai bakteri-bakteri buruk seperti mikroorganisme patogen yang ditimbulkan dari berbagai aktifitas manusia, sampah-sampah rumah tangga yang dibuang ke sungai, limbah-limbah dari kegiatan rumah tangga yang di buang kesungai. Kegiatan seperti ini secara tidak langsung telah mencemari air, sehingga air sungai, danau, laut, yang seharusnya bisa kita gunakan untuk keperluan sehari-hari namun kini kita tidak bisa menggunakan sesuai fungsinya.
Limbah dari hasil kegiatan rumah tangga yang mencemari air jika terus menerus dibiarkan maka lambat laun akan menghasilkan dampak buruk yang sangat luar biasa bagi semua makhluk hidup yang membutuhkan air. Dampak yang dihasilkan bisa berupa krisis air bersih, dan bagi makhluk hidup yang berada di dalam air seperti ikan dan plankton dampak terburuknya adalah kematian. Bagi manusia jika mengkonsumsi hewan air yang tempat tinggalnya sudah tercemar tentu itu akan berakibat buruk bagi kesehatan manusia. Umumnya jika air sudah mengalami pencemaran yang cukup tinggi maka hewan air yang berada di dalamnya juga sudah tercemar. Jadi, jika hewan air seperti ikan kita konsumsi sudah pasti yang mengkonsumsi tersebut akan mengalami gangguan kesehatan. Berbagai kegiatan- kegiatan  seperti industri maupun kegitan rumah tangga tersebut menghasilkan berbagai macam jenis limbah seperti limbah organik dan anorganik.
Berdasarkan dari permasalahan diatas, maka dari itu penulis kali ini ingin membahas  makalah tentang “ Sumber Pencemaran Air Yang Berasal Limbah Anorganik dan Organik Sintetis ”. Karena kita sebagai manusia yang selalu menghasilkan limbah dari kegiatan kita sehari-hari kita kurang memperhatikan akibat dari perbuatan kita.

b.      Rumusan masalah
1. Apa itu sumber pencemar?
2. Apa yang dimaksud dengan bahan pencemar anorganik?
3. Apa yang dimaksud dengan pencemar organik sintetik?
c.       Tujuan
1. Mengetahui sumber – sumber pencemar
2. Mengetahui bahan pencemar anorganik
3. Mengetahui bahan pencemar organik sintetik



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a.       Sumber pencemar
Sumber   pencemaran   adalah   setiap   kegiatan   yang   membuang bahan    pencemar.     Bahan    pencemar     tersebut  dapat   berbentuk    padat,   cair,  gas  atau  partikel tersuspensi dalam kadar tertentu ke  dalam lingkungan, baik melalui udara, air maupun daratan pada akhirnya   akan sampai pada manusia. Suatu sumber air dikatakan tercemar tidak hanya karena tercampur dengan bahan pencemar, akan tetapi apabila air tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan tertentu, Sebagai contoh suatu sumber air yang mengandung logam berat atau mengandung bakteri penyakit masih dapat digunakan untuk kebutuhan industri atau sebagai pembangkit tenaga listrik, akan tetapi tidak dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga (keperluan air minum, memasak, mandi dan mencuci)
b.      Bahan pencemar anorganik
Berupa limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit didegradasi oleh    mikroorganisme sehingga dapat meningkatkan jumlah ion logam dalam air. Limbah ini berasal dari industri yang melibatkan  unsur logam Pb, As, Cd, Hg, Cr, Ni, Ca, Mg, Co, misalnya pada industri   kimia, elektronika,elektroplating.Ion logam Ca   dan Mg menyebabkan air sadah yang mengakibatkan korosi pada alat besi, menimbulkan kerak/endapan pada peralatan proses seperti tangki/bejana air, ketel uap, dan pipa penyalur. Ion logam Pb, As, Hg bersifat racun sehingga air tidak dapat untuk minum
c.       Bahan pencemar organik sintetik
Bahan pencemar organik sintetik adalah limbah yang dapat membusuk/terdegradasi oleh mikroorganisme akibat penggabungan 2 unsur senyawa kimia. Adapun unsur senyawa kimia tersebut adalah C, H, O.




BAB III
STUDI KASUS
1.      Pencemaran Air Laut di Teluk Buyat  , Minahasa Akibat Logam Berat ( Anorganik)
Teluk Buyat, terletak di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, adalah lokasi pembuangan limbah tailing (lumpur sisa penghancuran batu tambang) milik PT. Newmont Minahasa Raya (NMR). Sejak tahun 1996, perusahaan asal Denver, AS, tersebut membuang sebanyak 2.000 ton limbah tailing ke dasar perairan Teluk Buyat setiap harinya. Sejumlah ikan ditemui memiliki benjolan semacam tumor dan mengandung cairan kental berwarna hitam dan lendir berwarna kuning keemasan. Fenomena serupa ditemukan pula pada sejumlah penduduk Buyat, dimana mereka memiliki benjol-benjol di leher, payudara, betis, pergelangan, pantat dan kepala.
Sejumlah laporan penelitian telah dikeluarkan oleh berbagai pihak sejak 1999 hingga 2004. Penelitian-penelitian ini dilakukan sebagai respon atas pengaduan masyarakat nelayan setempat yang menyaksikan sejumlah ikan mati mendadak, menghilangnya nener dan beberapa jenis ikan, serta keluhan kesehatan pada masyarakat. Dari laporan-laporan penelitian tersebut, ditemukan kesamaan pola penyebaran logam-logam berat seperti Arsen (As), Antimon (Sb), dan Merkuri (Hg) dan Mangan (Mn), dimana konsentrasi tertinggi logam berbahaya tersebut ditemukan di sekitar lokasi pembuangan tailing Newmont. Hal ini mengindikasikan bahwa pembuangan tailing Newmont di Teluk Buyat merupakan sumber pencemaran sejumlah logam berbahaya. Namun demikian, sejumlah Menteri, diantaranya Menteri Lingkungan Hidup Nabiel Makarim, mengeluarkan pernyataan bahwa Teluk Buyat tidak tercemar. Menteri Kesehatan Achmad Sujudi bahkan mengatakan seolah-olah penyakit yang diderita oleh masyarakat Teluk Buyat adalah penyakit kulit dan akibat kekurangan gizi.
Perdebatan yang selama ini muncul terkait dengan dugaan penyakit Minamata seperti yang pernah   teradi di Jepang lebih dari tiga dekade yang lalu. Padahal penyakit Minamata itu adalah penyakit  akibat kontaminasi merkuri, sedangkan di Teluk Buyat yang terjadi adalah kontaminasi sejumlah logam berat: arsen, merkuri, antimon, mangan, dan senyawa sianida. Jadi, yang harus diverifikasi atau diuji adalah keterkaitan antara keluhan-keluhan masyarakat atau penyakit mereka dengan  gejala-gejala seperti dada panas, rasa mual, mudah lelah dan lupa, kolaps, dan kanker kulit.
Dari berbagai laporan penelitian, termasuk yang dilakukan WALHI, sejumlah konsentrasi logam berat (arsen, merkuri, antimon, mangan) dan senyawa sianida pada sedimen di Teluk Buyat sudah tinggi. Jika dibandingkan pada konsentrasi logam berat sebelum pembuangan tailing (data dari studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan/AMDAL tahun 1994), konsentrasi arsen di daerah dekat mulut pipa tailing di Teluk Buyat meningkat hingga 5-70 kali lipat (data WALHI dan KLH 2004). Konsentrasi merkuri meningkat 10 kali lipat di sekitar pipa pembuangan tailing.

2.      Pencemaran Air Laut di Batam Akibat Limbah Anorganik .

 Seorang nelayan di Tanjung Bemban, Kecamatan Batu Besar, Batam, Kepulauan Riau, menyekop cairan limbah minyak hitam (sludge oil) yang mencemari pesisir Tanjung Bemban. Setiap harinya ada 10 nelayan yang membersihkan limbah minyak hitam. Limbah minyak hitam yang mencemari pesisir Tanjung Bemban berasal dari kapal-kapal minyak yang membuang minyak dari perairan internasional di Selat Singapura. Dampak dari limbah minyak tersebut sangat besar. Selain menghabiskan biaya untuk pembersihan, pesisir dan pantai yang menjadi objek wisata menjadi kotor dan tercemar. Sehingga wisatawan enggan datang yang membuat pelaku pariwisata, seperti restoran dan penyewaan pelampung, terhenti sesaat. Limbah minyak hitam juga mengganggu aktivitas nelayan. Plankton dan biota laut di sekitar pesisir pantai terancam hilang. Ritual pembersihan limbah minyak hitam di wilayah tersebut menjadi acara rutin setiap tahun. Acara ini tidak memiliki kemajuan yang berarti. Karena perilaku seseorang tidak akan berubah ketika limbah setiap tahun dibersihkan. Cenderung pihak kapal minyak akan terus membuang limbah ke laut.

Pencemaran laut akibat limbah minyak tidak hanya merugikan nelayan, tetapi juga mengganggu fungsi ekosistem laut. Organisme akuatik seperti terumbu karang, hutan mangrove dan ikan semakin terganggu. Kendati sering terjadinya pencemaran limbah dari kapal minyak. Tetapi belum pernah masyarakat yang menangkap basah pelaku tersebut. Limbah yang dibuang tidak saja limbah cair tetapi juga limbah padat. Pencemaran limbah yang dilakukan ini telah merusak biota laut terutama terumbu karang. Kondisi terumbu karang pada umumnya di Indonesia semakin menurun. Begitu pula yang terjadi di Batam. Akibat pencemaran limbah, kondisi terumbu karang semakin lama semakin menurun. Menurut salah satu narasumber, pembuangan limbah oleh kapal minyak dilakukan pada malam hari, ketika gerhana sedang melakukan aktivitasnya. Pembuangan limbah secara sembunyi ini, dikarenakan kurangnya tingkat pengawasan dari Pemerintah Daerah untuk bertindak tegas. Berikut akan dijelaskan mengenai tingkat pengawasan Pemerintah Daerah dalam mengatasi masalah pencemaran limbah.

a.       Tingkat Pengawasan Pemerintah Daerah

Tingkat pengawasan Pemerintah Daerah dalam Pembuang Limbah Kapal Minyak di Batam masih kurang. Tidak adanya upaya pengusutan ketika ada praktek pembuangan limbah dari kapal-kapal tersebut. Proses pengusutan ini memang tidak mudah. Tetapi Pemerintah Daerah seharusnya perlu melakukan kerja sama dengan Negara-negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura. Kerja sama ini bertujuan untuk mencegah pembuangan minyak hitam dari kapal-kapal minyak di Selat Singapura serta Selat Malaka. Sebagai perbandingan, Pemerintah Malaysia, termasuk Singapura, serius dalam menyelesaikan persoalan limbah asap ketika terjadi kebakaran hutan di Indonesia. Begitu pula dalam upaya pencegahan pembuangan dan pencemaran limbah minyak hitam di perairan Selat Singapura, termasuk Selat Malaka, tidak dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah sendirian. Perlu adanya kerja sama antar Negara di bidang lingkungan hidup untuk mengatasi pencemaran dari kapal-kapal minyak di perairan interasional. Selain kerja sama, Indonesia belum mempunyai alat untuk mendeteksi kapal-kapal yang melintas di laut termasuk aktivitasnya. Sehingga jika ada kapal yang membuang limbah, tidak dapat diketahui.

Negara tetangga yaitu Singapura sudah mempunyai alat untuk mendeteksi aktivitas semua kapal yang melewati perairan mereka. Sehingga tidak ada yang berani membuang limbah di wilayah tersebut. Singapura, juga telah memiliki cara menanggulangi limbah yang terlanjur mencemari laut. Sehingga tidak menyebabkan pencemaran yang dapat menyebabkan biota laut mati. Penjelasan di atas menyebutkan bahwa Indonesia masih kurang dalam pengawasan mengenai pengaturan pembuangan limbah ke laut. Ada aspek oknum yang mengatur mudahnya kapal minyak melakukan pembuangan limbah. Selain oknum, ada perilaku yang melihat bahwa ketika limbah dibuang ke laut, sudah ada pihak lain yang dapat membersihkan limbah tersebut. Pernyataan ini termasuk pernyataan yang salah. Tidak dapat menyelesaikan masalah, melainkan menimbulkan masalah baru. Biota laut semakin berkurang, berakibat penghasilan nelayan semakin menurun. Pencemaran limbah yang dilakukan oleh kapal minyak ini perlu diatasi. Bukan diatasi dengan membersihkan limbah setiap tahunnya. Tetapi dengan adanya pencegahan daripembuangan limbah tersebut. Serta tindakan tegas kepada perusahaan kapal minyak tersebut yang telah mencemari laut dengan pembuangan limbah. Solusi yang ditawarkan harus bersifat berkelanjutan, bukan bersifat sementara.

b.      Proses Berkelanjutan

Proses berkelanjutan yang diberikan dalam mengatasi Pencemaran Limbah Kapal Minyak di Batam terdiri dari tiga proses. Pertama, penyediaan alat untuk mendeteksi kapal-kapal yang akan membuang limbah di perairan Batam maupun daerah lain di Indonesia. Alat ini sudah digunakan oleh Negara tetangga, yaitu Singapura. Biaya yang dikeluarkan mungkin tidak sedikit. Tetapi ketika alat ini sudah digunakan di perairan Indonesia, kualitas air Indonesia semakin terjaga. Serta kondisi biota laut terutama terumbu karang menjadi terjaga. Kedua, penegakan hukum yang tegas. Indonesia sampai saat ini belum ada tindakan tegas, tidak hanya pencemaran air dari limbah kapal minyak, tetapi masalah-masalah lain. Seperti penebangan hutan mangrove di kawasan konservasi yang terdapat di Kalimantan Timur, penebangan hutan mangrove untuk lahan tambak di Sumatera Utara, dan kasus-kasus lingkungan lainnya. Kepentingan ekonomi lebih ditingkatkan daripada kepentingan lingkungan. Lingkungan semakin terkikis akibat kekuasaan ekonomi yang meluas atas lingkungan. Ketiga, pengontrolan dari peraturan yang ada. Seringkali terjadi, peraturan dijalankan hanya pada tahap awal untuk membuktikan bahwa perusahaan tersebut peduli terhadap lingkungan. Kemudian, mereka melakukan kerusakan lingkungan kembali. Pengontrolan bertugas untuk penjagaan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan dapat berjalan secara terus menerus. Ketiga proses ini, akan mendapatkan suatu pembangunan berkelanjutan, yang tidak hanya menjaga lingkungan, tetapi mempertahankan penghasilan nelayan dalam melaut.

3.      Pencemaran Air Akibat Limbah Pertanian di Sungai Ciliwung , Limbah Organik Sintetis

Usaha meningkatkan produksi pertanian, baik kuantitatif maupun kualitatif, telah didukung dengan penggunaan pestisida. Walaupun konsep pest management atau integrated pest control‖ dilakukan, yaitu pestisida hendaknya digunakan sesedikit mungkin dan apabila diperlukan saja, namun pada umumnya usaha proteksi tanaman seringkali dilakukan dengan semata-mata mempertimbangkan bahwa hama dan penyakit tanaman harus dapat diberantas dengan mudah dan cepat, sekalipun keadaan ini hanya dicapai untuk sementara. Oleh karena itu pemberantasan hama dan penyakit tanaman hampir senantiasa diartikan penggunaan pestisida, sehingga bermacam-macam pestisida banyak digunakan yang juga menimbulkan berbagai dampak negatif (Sastroutomo, 1992).
Penggunaan pestisida untuk memberantas hama ternyata menimbulkan berbagai masalah lingkungan, antara lain terjadinya pencemaran lingkungan perairan. Permasalahan tersebut berkaitan erat dengan sifat pestisida yang beracun dan dapat mempengaruhi seluruh kelompok taksonomi biota, termasuk biota bukan sasaran (non target). Selain itu pada umumnya pestisida memiliki daya tahan yang relative lama untuk didegradasi di lingkungan, sehingga dapat mempengaruhi ekosistim dalam jangka panjang (Yudha, 1999).
Pestisida yang digunakan pada lahan pertanian sawah, sebagian atau bahkan seluruhnya akan jatuh dan masuk ke dalam air sehingga mencemari perairan. Hasil penelitian Ekaputri (2001) membuktikan bahwa perairan Sungai Ciliwung – Jawa Barat yang mengalir melewati daerah Bogor, Depok dan Jakarta mengandung residu insektisida endosulfan dengan konsentrasi berkisar antara 0,7 – 4,0 μg/L.
Kegiatan pertanian telah terbukti dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, khususnya pencemaran air. Pencemaran tersebut terkait dengan pemakaian pestisida. Beberapa faktor dari kegiatan pertanian yang dapat menyebabkan pencemaran adalah perilaku penggunaan pestisida, dan jarak area pertanian dengan perairan.
Kandungan fosfat pada pestisida cenderung dapat merangsang pertumbuhan gulma air dan eceng gondok. Selain itu kandungan dari fosfat yang sebagian merupakan residu dapat meresap ke tanah dan mencemari air tanah dan selanjutnya masuk ke daerah aliran sungai (DAS).  Kondisi tersebut apabila berkelanjutan tentu dapat mengganggu aktivitas manusia, hal tersebut dikarenakan air juga dikonsumsi oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan tubuhnya akan air. Penggunaan nitrogen dan fosfor yang berlebih mengakibatkan terjadinya Eutrofikasi di perairan yaitu suatu pengkayaan (enrichment) air dengan adanya nutrient (nitrogen dan fosfor) yang berupa bahan anorganik dan sangat dibutuhkan oleh tumbuhan dan dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan produktivitas primer perairan. Adanya proses pengkayaan unsur hara pada air, menyebabkan ransangan terhadap pertumbuhan ganggang dan makrofit yang akan menyebabkan memburuknya sumber daya perikanan dan menurunnya kualitas air (Effendi, 2003). Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak Eutrofikasi yaitu dengan tidak membuang kemasan sisa pestisida dan pupuk ke suangai atau perairan lainnya, meningkatkan efisiensi pemanfaatan pupuk pada area pertanian sehingga residu pupuk yang tererosi ke daerah aliran sungai dapat diminimalisir. Kebijakan yang kuat mengenai penggunaan fosfor dalam bidang pertanian, peran pemerintah dan seluruh masyarakat sangat penting terutama untuk mengelola, memelihara, dan melestarikan sumber daya air demi kepentingan bersama.


4.       
BAB IV
PENUTUP

a.       Kesimpulan
Dari hasil diskusi kami dapat disimpulkan bahwa pencemaran limbah anorganik dapat disebabkan oleh lumpur sisa penghancuran sisa batu tambang yang terjadi di Telu Buyat mengakibatkan perairan tercemar oeh logam berat sehinga banyak biota diperairan yang mati  dan pembuangan minyak hitam yang tejadi di Selat Singapur mengakibatkan perairan di Tanjung Bemban mengalami kerusakan ekosistem.
Pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah organik sintetik disebabkan oleh penggunaan pupuk pestisida berlebihan yang dilakukan oleh petani dengan tidak memperhatikan jarak pertanian dengan perairan sehingga menyebabkan residu dari kandungan fosfat meresap ketanah dan mencemari air tanah dan selanjutnya masuk ke daerah aliran sungai (DAS) dan menyebabkan peningkatan produktivitas primer perairan.

b.      Saran
Sebaiknya pemerintah membuat peraturan mengenai pembuangan limbah ke perairan dan memberikan sanksi yang tegas terhadap para pelaku yang melanggar peraturan tersebut agar ekosistem laut tetap terjaga kelestariannya.



DAFTAR PUSTAKA
Firdaus, azhar. 2012. PENCEMARAN AIR STUDI KASUS KONDISI BIOTA LAUT TERUMBU DI PULAU BATAM AKIBATPEMBUANGAN LIMBAH KAPAL MINYAK.
Margareta , nindia . 2015.PENCEMARAN AIR AKIBAT PEMUPUKAN. http://megaretanindia.blogspot.co.id/2015/04/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
Purnomo , dony . 2009. LOGAM BERAT SEBAGAI PENYUMBANG PENCEMARAN AIR LAUT. https://masdony.wordpress.com/2009/04/19/logam-berat-sebagai-penyumbang-pencemaran-air-laut/.
Wardahana, W.A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Yogyakarta, Yogyakarta
Wahyu , dita .2013.  ANALISIS AKTIVITAS PERTANIAN TERHADAP PENCEMARAN AIR OLEH PESTISIDA. http://ditawahyukesling.blogspot.co.id/2013/05/analisis-pengaruh-aktifitas-pertanian.html


Efek Toksik bahan pencemar terhadap organisme dan ekosistem perairan

TUGAS EKOTOKSITOLOGI
(EFEK TOKSIK BAHAN PENCEMAR TERHADAP ORGANISME & EKOSISTEM PERAIRAN)
 


KELAS 01
KELOMPOK 2

RENY ELFITA                                                       130254241031
ANDI MAJIDEK                                                    130254241007
RAFIQUL M ICHSAN                                          130254241066
SUTERI                                                                  130254241005
JERIANSYAH                                                       130254241044
PATIANI                                                               120254241042

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tanjungpinang, Kepulauan Riau
2015
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr.Wb
Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat dan rahmat-Nya penulis akhirnya bisa menyelesaikan Makalah Ekotoksitologi. Makalah ini berisi tentang Efek Toksik Bahan Pencemar terhadap Organisme dan Ekosistem Perairan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Pembimbing Mata Kuliah Ekotoksitologi yaitu Ibu Fadhliyah Idris yang senantiasa memberikan bimbingan kepada kami. Serta tidak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada teman-teman kelompok yang mempermudah penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Demikianlah yang penulis dapat sampaikan. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Wassalamu’alaikumWr.Wb

Tanjungpinang, 11 November 2015




       Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1           Latar Belakang
Logam merupakan bahan pertama yang dikenal oleh manusia dan digunakan sebagai alat-alat yang berperan penting dalam sejarah peradaban manusia (Darmono, 1995). Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria yang sama dengan logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan atau masuk ke dalam organisme hidup. Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek-efek khusus pada mahluk hidup (Palar, 1994). Tidak semua logam berat dapat mengakibatkan keracunan pada mahluk hidup. Keberadaan logam berat dalam lingkungan berasal dari dua sumber. Pertama dari proses alamiah seperti pelapukan secara kimiawi dan kegiatan geokimiawi serta dari tumbuhan dan hewan yang membusuk. Kedua dari hasil aktivitas manusia terutama hasil limbah industri (Connel dan Miller, 1995). Dalam neraca global sumber yang berasal dari alam sangat sedikit dibandingkan pembuangan limbah akhir di laut (Wilson, 1988).
Menurut Vouk (1986) terdapat 80 jenis dari 109 unsur kimia di muka bumi ini yang telah teridentifikasi sebagai jenis logam berat. Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat ini dapat dibagi dalam dua jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial, di mana keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya. Sedangkan jenis kedua adalah logam berat tidak esensial atau beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain.

1.2           Rumusan Masalah
a.                   Apa saja sumber bahan pencemar ?
b.                  Bagaimana tingkat pencemarannya ?
c.                   Apa saja factor yang mempengaruhi pencemaran dan efek toksik pada organism dan ekosistem ?
d.                  Bagaimana kadar batas amannya ?
1.3           Tujuan
a.                   Untuk mengetahui sumber bahan pencemar.
b.                  Untuk mengetahui tingkat pencemaran.
c.                   Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi pencemaran dan efek toksik pada organisme dan ekosistem
d.                  Untuk mengetahui kadar batas aman dari pencemaran.







BAB II
ISI
2.1           Kadmium (Cd)
a.       Sumber Bahan Pencemar
Logam kadmium mempunyai penyebaran sangat luas di alam, hanya ada satu jenis mineral kadmium di alam yaitu greennockite (CdS) yang selalu ditemukan bersamaan dengan mineral spalerite (ZnS). Mineral greennockite ini sangat jarang ditemukan di alam, sehingga dalam eksploitasi logam Cd biasanya merupakan produksi sampingan dari peristiwa peleburan bijih-bijih seng (Zn). Biasanya pada konsentrat bijih Zn didapatkan 0,2 sampai 0,3 % logam Cd. Di samping itu, Cd juga diproduksi dalam peleburan bijih-bijih logam Pb(timah hitam) dan Cu(tembaga). Namun demikian, Zn merupakan sumber utama dari logam Cd, sehingga produksi dari logam tersebut sangat dipengaruhi oleh Zn. Dalam lingkungan,menurut Clark (1986) sumber kadmium yang masuk ke perairan berasal dari:
a.       Uap, debu dan limbah dari pertambangan timah dan seng.
b.      Air bilasan dari elektroplating.
c.       Besi, tembaga dan industri logam non ferrous yang menghasilkan abu dan uap serta air limbah dan endapan yang mengandung kadmium.
d.      Seng yang digunakan untuk melapisi logam mengandung kira-kira 0,2 % Cd sebagaibahan ikutan (impurity); semua Cd ini akan masuk ke perairan melalui proses korosidalam kurun waktu 4-12 tahun.
e.       Pupuk phosfat dan endapan sampah
Sumber kadmium terutama dari biji seng, timbal-seng, dan timbal-tembaga-seng. Kandungan logam Cd bersumber dari makanan dan lingkungan perairan yang sudah terkontaminasi oleh logam berat. Kontaminasi makanan dan lingkungan perairan tidak terlepas dari aktivitas manusia didarat maupun pada perairan. Sifat logam Cd yang akumulatif pada suatu jaringan organisme serta sulit terurai. Kadmium dalam air juga berasal dari pembuangan industri dan limbah pertambangan. Logam ini sering digunakan sebagai pigmen pada keramik, dalam penyepuhan listrik, pada pembuatan alloy, dan baterai alkali.
Bahan bakar dan minyak pelumas mengandung Cd sampai 0,5 ppm, batubara mengandung Cd sampai 2 ppm, pupuk superpospat juga mengandung Cd bahkan ada yang sampai 170 ppm. Limbah cair dari industri dan pembuangan minyak pelumas bekas yang mengandung Cd masuk ke dalam perairan laut serta sisa-sisa pembakaran bahan bakar yang terlepas ke atmosfir dan selanjutnya jatuh masuk ke laut.
b.      Tingkat Pencemaran
Kadmium akan mengalami biotransformasi dan bioakumulasi dalam organisme hidup (tumbuhan, hewan dan manusia). Dalam tubuh biota perairan jumlah logam yang terakumulasi akan terus mengalami peningkatan dengan adanya proses biomagnifikasi di badan air. Di samping itu, tingkatan biota dalam sistem rantai makanan turut menentukan jumlah kadmium yang terakumulasi. Dimana pada biota yang lebih tinggi stratanya akan ditemukan akumulasi kadmium yang lebih banyak.

c.       Faktor yang Mempengaruhi Pencemaran Kadmium (Cd)
Logam kadmium dan bentuk-bentuk persenyawaannya dapat masuk ke lingkungan, terutama sekali merupakan efek samping dari aktivitas yang dilakukan manusia. Dapat dikatakan bahwa semua industri yang melibatkan kadmium dalam proses operasional industrinya menjadi sumber pencemaran kadmium. Selain itu kadmium juga berasal dari pembakaran sampah rumah tangga dan pembakaran bahan bakar fosil karena secara alami bahan bakar mengandung kadmium, penggunaan pupuk fosfat buatan
d.      Efek Toksik pada Organisme dan Ekosistem
a.                  Efek kadmium (Cd) Terhadap Tumbuhan dan Hewan
Kadmium aliran limbah dari industri terutama berakhir di tanah dan badan air. Hal ini dapat berasal dari produksi misalnya seng, implikasi bijih fosfat dan pupuk. Kadmium juga terdapat di udara melalui pembakaran sampah rumah tangga dan pembakaran bahan bakar fosil. Sumber lain yang penting dari emisi kadmium adalah produksi pupuk fosfat buatan. Bagian dari kadmium yang berakhir di tanah setelah pupuk diterapkan pada lahan pertanian dan sisanya dari kadmium yang berakhir di permukaan air ketika limbah dari produksi pupuk dibuang oleh perusahaan produksi. Kadmium dapat diangkut melalui jarak yang jauh ketika diserap oleh lumpur. Lumpur ini kaya kadmium yang dapat mencemari air permukaan maupun tanah.
Kadmium dapat terserap untuk bahan organik dalam tanah. Ketika kadmium hadir di tanah itu bisa sangat berbahaya, karena serapan melalui makanan akan meningkat. Tanah yang diasamkan meningkatkan serapan kadmium oleh tanaman. Hal ini merupakan potensi bahaya binatang yang tergantung pada tanaman untuk bertahan hidup. Kadmium dapat terakumulasi dalam tubuh bintang tersebut, terutama ketika makan beberapa tanaman. Sapi mungkin memiliki jumlah besar kadmium dalam ginjalnya karena ini. Cacing tanah dan organisme tanah penting lainnya sangat rentan untuk keracunan kadmium. Cacing bisa mati pada konsentrasi sangat rendah dan memiliki konsekuensi bagi struktur tanah. Ketika konsentrasi kadmium di tanah tinggi mereka dapat mempengaruhi proses mikroorganisme tanah dan ancaman ekosistem seluruh tanah (Khan, 2008).
Dalam ekosistem air kadmium dapat terakumulasi dalam remis, tiram, udang, lobster dan ikan. Kerentanan terhadap kadmium dapat sangat bervariasi antara organisme perairan. Organisme air laut dikenal lebih tahan terhadap keracunan kadmium daripada organisme air tawar. Hewan yang makan atau minum kadmium kadang-kadang mendapatkan tekanan darah tinggi, penyakit hati dan saraf atau kerusakan otak.
b.               Efek kadmium (Cd) Terhadap Kesehatan Manusia
Menurut darmono (1995), efek kadmium terhadap kesehatan manusia dapat bersifat akut dan kronis. Kasus keracunan akut kadmium kebanyakan melalui saluran pernapasan, misalnya menghisap debu dan asap kadmium terutama kadmium oksida (CdO). Gejala yang timbul berupa gangguan saluran pernapasan, mual, muntah, kepala pusing dan sakit pinggang. Akibat dari keracunan akut ini dapat menimbulkan penyakit paru-paru yang akut dan kematian.
Efek kronis terjadi dalam selang waktu yang sangat panjang. Peristiwa ini terjadi karena kadmium yang masuk ke dalam tubuh dalam jumlah yang kecil sehingga dapat ditolerir oleh tubuh. Efek akan muncul saat daya racun yang dibawa kadmium tidak dapat lagi ditolerir tubuh karena adanya akumulasi kadmium dalam tubuh. Efek kronis dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok (Palar, 2008), yaitu:
a) Efek Kadmium Terhadap Ginjal, Ginjal merupakan organ utama dari dari sistem urinaria hewan tingkat tinggi dan manusia. Pada organ ini terjadi peristiwa akumulasi dari bermacam-macam bahan termasuk logam kadmium. Kadmium dapat menimbulkan gangguan dan bahkan kerusakan pada sistem kerja ginjal terutama ekskresi protein. Kerusakan ini dapat dideteksi dari tingkat atau kandungan protein yang terdapat dalam urin. Petunjuk lain berupa adanya asam amino dan glukosa dalam urin, ketidaknormalan kandungan asam urat serta Ca dan Protein dalam urin.
b) Efek Kadmium Terhadap Paru-paru, Keracunan yang disebabkan oleh kadmium lebih tinggi bila terinhalasi melalui saluran pernapasan daripada saluran pencernaan. Efek kronis kadmium akan muncul setelah 20 tahun terpapar kadmium. Akan muncul pembengkakan paru-paru (pulmonary emphysema) dengan gejala awal gangguan saluran napas, mual, muntah dan kepala pusing.
c) Efek Kadmium Terhadap Tulang, Serangan yang paling hebat karena kadmium adalah kerapuhan tulang. Efek ini telah menggoncangkan dunia internasional sehingga setiap orang dilanda rasa takut terhadap pencemaran. Efek ini timbul akibat kekurangan kalsium dalam makanan yang tercemar kadmium, sehingga fungsi kalsium darah digantikan oleh logam kadmium yang ada. Pada akhirnya kerapuhan pada tulang-tulang penderita yang dinamakan itai-itai disease.
d) Efek Kadmium Terhadap Darah dan Jantung, Efek kronis kadmium dapat pula menimbulkan anemia karena CdO. Penyakit ini karena adanya hubungan antara kandungan kadmium yang tinggi dalam darah dengan rendahnya hemoglobin.
e) Efek Kadmium Terhadap Sistem Reproduksi, Daya racun yang dimiliki oleh kadmium juga mempengaruhi sistem reproduksi dan organ-organnya. Pada konsentrasi tertentu kadmium dapat mematikan sel-sel sperma pada laki-laki. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa akibat terpapar uap logam kadmium dapat mengakibatkan impotensi. Impotensi yang terjadi dapat dibuktikan dengan rendahnya kadar testoteron dalam darah.
c.Efek kadmium (Cd) Terhadap Lingkungan
Aliran limbah kadmium dari industri terutama berakhir di tanah. Penyebab aliran limbah ini untuk produksi misalnya seng, bijih fosfat implikasi dan pupuk industri bio. Aliran limbah kadmium juga dapat memasukkan udara melalui (rumah tangga) pembakaran limbah dan pembakaran bahan bakar fosil. Karena peraturan hanya sedikit kadmium sekarang memasuki air melalui pembuangan air limbah dari rumah tangga atau industri.Sumber lain yang penting dari emisi kadmium adalah produksi pupuk fosfat buatan. Bagian dari kadmium yang berakhir di tanah setelah pupuk diterapkan pada lahan pertanian dan sisanya kadmium berakhir di permukaan air ketika limbah dari pupuk produksi yang dibuang oleh perusahaan produksi.Kadmium dapat diangkut melalui jarak besar ketika diserap oleh lumpur. Lumpur kaya kadmium ini bisa mencemari air permukaan serta tanah.
Kadmium sangat adsorbsi untuk bahan organik dalam tanah. Ketika kadmium hadir di tanah itu bisa sangat berbahaya, karena penyerapan melalui makanan akan meningkat. Tanah yang diasamkan meningkatkan penyerapan kadmium oleh tanaman. Ini adalah potensi bahaya bagi hewan yang bergantung pada tanaman untuk bertahan hidup. Kadmium dapat terakumulasi dalam tubuh mereka, terutama ketika mereka makan beberapa tanaman. Sapi mungkin memiliki sejumlah besar kadmium dalam ginjal mereka karena ini.Cacing tanah dan organisme tanah penting lainnya sangat rentan terhadap keracunan kadmium. Mereka bisa mati pada konsentrasi yang sangat rendah dan ini memiliki konsekuensi untuk struktur tanah. Ketika konsentrasi cadmium di tanah yang tinggi mereka bisa mempengaruhi proses tanah microrganisms dan ancaman ekosistem tanah keseluruhan.Dalam ekosistem perairan kadmium dapat bio menumpuk di kerang, tiram, udang, lobster dan ikan. Kerentanan terhadap kadmium dapat sangat bervariasi antara organisme air. Organisme air garam yang dikenal lebih tahan terhadap keracunan kadmium dari organisme air tawar.
e.       Kadar Batas Aman
Pajanan zat kimia tidak dapat dihindari sepenuhnya oleh manusia sehingga harus dilakukan penilaian terhadap banyaknya zat kimia untuk menentukan tingkat pajanan yang tidak akan menimbulkan resiko terhadap kesehatan. Beberapa badan ahli memakai istilah Acceptable Daily Intake (asupan harian yang dapat diterima) untuk menilai toksikologi zat kimia dalam makanan dan air sebagai dasar untuk menentukan tingkat kadar logam yang diperbolehkan. Adapun batas kandungan logam kadmium yang direkomendasikan untuk konsumsi menurut ketentuan FAO/ WHO (JECFA= Joint Expert Committe on Food Additive) yaitu sebesar 400-500 μg per minggu untuk orang dewasa atau 7 μg per kg berat badan per hari (Suwirma, 2000).
Dalam penentuan batas konsumsi harian (Acceptable Daily Intake = ADI) dilakukan perhitungan berdasarkan aturan FAO/WHO, dengan rumus (Zakiyah, 1998):
Konsentrasi total Cd = [Cd] x w
Keterangan:
[Cd] = konsentrasi Cd pada Kerang (Bivalvia) (μg/g)
w = berat Kerang (Bivalvia) (g/individu)

2.2           Seng (Zn)
a.       Sumber Bahan Pencemar
Seng (Zn) adalah komponen alam yang terdapat di kerak bumi. Zn adalah logam yang memilki karakteristik cukup reaktif, berwarna putih-kebiruan, pudar bila terkena uap udara, dan terbakar bila terkena udara dengan api hijau terang. Zn dapat bereaksi dengan asam, basa dan senyawa non logam.Seng (Zn) dialam tidak berada dalam keadaan bebas, tetapi dalam bentuk terikat dengan unsur lain berupa mineral. Mineral yang mengandung Zn di alam bebas antara lain kalamin, franklinite, smitkosonit, willenit, dan zinkit (Widowati et al, 2008). Seng juga merupakan salah satu bentuk materi anorganik yang sering menimbulkan berbagai permasalahan yang cukup serius pada perairan penyebab terjadinya biasanya berasal dari masukan air yang terkontaminasi oleh limbah buangan industri dan pertambangan.
Sumber cemaran logam berat Zn dapat berasal dari berbagai aktivitas manusia yang menghasilkan limbah berupa pencemar. Bahan-bahan pencemar tersebut diangkut oleh air hujan dan gerakan air dari laut dan perairan tawar menuju muara sungai yang merupakan tempat bertemunya perairan laut dan perairan tawar. Logam Zn dalam perairan dipekatkan melalui proses biologi dan kimia-fisika. Bioakumulasi dan biomagnifikasi merupakan proses biologi yang mampu mengendapkan logam pada tubuh organisme melalui rantai makanan. Pada proses kimia fisika, logam berat terlarut dan terendap pada sedimen dan dapat pula terabsorbi pada zat tersuspensi.  Apabila diketahui kadar logam Zn yang telah melebihi baku mutu, maka perlu dilakukan tindak lanjut dalam mencegah gangguan yang dapat disebabkan logam Zn (Amriani, 2011).
Logam Seng (Zn) cenderung membentuk ion jika berada dalam air. Ion Seng (Zn) mudah terserap dalam sedimen dan tanah serta kelarutan logam berat Seng (Zn) dalam air relatif rendah pada air, logam berat cenderung mengikuti aliran air dan pengaruh pengenceran ketika ada air masuk, seperti air hujan, turut mengakibatkan menurunnya konsentrasi logam berat pada air. Konsentrasi logam berat pada air akan turut mempengaruhi konsentrasi logam berat yang ada pada sedimen. Kecenderungan peningkatan konsentrasi logam berat di sedimen diakibatkan oleh tingginya konsentrasi logam berat tersebut di air. Selain itu, terdapat parameter-parameter lain yang berpengaruh dalam kesetimbangan reaksi di sistem perairan, seperti pH, konsentrasi logam dan tipe senyawanya, kondisi reduksi-oksidasi perairan, dan bilangan oksidasi dari logam tersebut (Sunti.,dkk, 2012).
Adanya aktivitas pembuangan limbah rumah tangga, limbah pertanian yang banyak menggunakan pupuk pestisida, peningkatan aktivitas di industri serta adanya aktivitas pembuangan limbah domestik lain yang mengandung logam berat Seng (Zn). Air limbah industri air yang dihasilkan oleh industri, baik akibat proses pembuatan atau produksi yang dihasilkan industri  tersebut  maupun  proses  lainnya. Limbah non domestik adalah limbah yang berasal dari pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan, transportasi, dan sumber-sumber lain (Husni dan Esmiralda, 2011).
b.      Tingkat Pencemaran
Seng merupakan bahan toksik yang dapat mengganggu ekosistem di perairan. Berdasarkan hasil penelitian di perairan Sulawesi Tenggarara didapatkan hasil kadar Zn perairan P. Kabaena berkisar antara 0,006-0,008 ppm dengan rerata 0,0066 ppm, di P. Muna antara 0,005 - 0,006 ppm dengan rerata 0,0056 ppm, dan di P. Buton antara 0,005-0,006 ppm dengan rerata 0,0052 ppm. Data ini menunjukkan bahwa secara rerata perairan P. Kabaena lebih banyak menerima masukan limbah yang mengandung Zn. Kadar normal Zn dalam air laut adalah 2,0 ppb atau 0,002 ppm [12]. Kadar Zn ini lebih tinggi dari kadar normal Zn yang ada dalam air laut, demikian juga bila dibandingkan dengan  Nilai Ambang Batas (NAB) yang ditetapkan oleh Baku Mutu Air Laut [8] untuk kepentingan biota laut yakni 0,005 ppm. Dengan demikian berdasarkan hasil pengukuran kadar Zn, kualitas perairan ini termasuk kategori jelek untuk kehidupan biota laut.
c.       Factor yang Mempengaruhi Pencemaran Seng (Zn)
Menurut Tahir (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi toksisitas, meliputi :
1.               Faktor-faktor yang terkait dengan pemaparan; bagi suatu bahan kimia metabolit atau produk konversinya, untuk dapatmenimbulkan respon buruk atau memiliki dampak toksik padaorganisme perairan maka senyawa/bahan kimia tersebut harusberada dalam posisi kontak dan bereaksi dengan reseptor yang tepatpada organisme, dengan konsentrasi yang cukup tinggi dan durasikontak yang cukup lama. Konsentrasi dan waktu pemaparan yang dibutuhkan untuk dapat menimbulkan dampak atau respon buruk bervariasi menurut jenis bahan kimia, spesies organisme dan tingkat keparahan dampak yang ditimbulkan. Dalam pendugaan dampak toksik bahan kimia, faktor-faktor yang nyata terkait dengan pemaparan adalah: jenis, durasi, frekuensi pemaran dan konsentrasi bahan kimia. Organisme perairan dapat terpapar pada bahan kimia yang terdapat dalam air, sedimen dan bahan-bahan makanan. Bahan kimia hidrofilik (larut dalam air) lebih tinggi tingkat ketersediaannya dibanding dengan bahan kimia hidrofobik (sulit larut dalam air).
2.               Faktor-faktor yang terkait dengan organisme: spesies memiliki tingkat kerentanan yang berbeda terhadap bahan kimia. Perbedaan kerentanan ini diduga disebabkan oleh beberapa hal seperti: perbedaan aksesibilitas toksikan terhadap organisme dimana beberapa spesies tertentu memiliki kemampuan untuk secara efektif ngeluarkan  bahan  toksik  dalam  waktu  singkat  (contoh: mekanisme penutupan cangkang dan kemampuan melakukan anaerob pada kerang/bivalvia). Selain itu, laju dan pola metabolisme dan ekskresi dapat mempengaruhi tingkat kerentanan disebut. Hal lain yang mempengaruhi tingkat kerentanan organism terhadap toksikan adalah faktor genetis, bahan makanan, serta kesehatan dan nutrisi/gizi organisme. Faktor usia atau stadia perkembangan organisme juga menentukan tingkat kerentanan (vulnerability), yang disebabkan oleh perkembangan mekanisme.
3.               Faktor-faktor lingkungan eksternal: toksisitas bahan kimia dap dipengaruhi oleh lingkungan eksternal organisme yang terkait erat dengan ketersediaan bahan kimia dalam media air seperti DO, pH, suhu dan bahan padat terlarut.
4.               Faktor-faktor yang terkait dengan bahan kimia. Ketidak murnian (impurities) suatu bahan kimia dijumpai dari batch-batch yang dihasilkan oleh produsen yang berbeda. Hal lain yang patut dicatat adalah perbedaan tingkat kelarutan, tekanan penguapan  dan pH, karena faktor-faktor ini secara jelas mempengaruhi ketersediaan, persistensi, transfromasi dan bentuk/nasib akhir bahan kimia
d.      Efek Toksik pada Organisme & Ekosistem
1. Bagi Kesehatan
Seng adalah mikromineral yang ada di mana-mana dalam jaringan manusia/hewan dan terlibat dalam fungsi berbagai enzim dalam proses metabolisme. Tubuh manusia dewasa mengandung 2-2,5 gram seng. Tiga perempat dari jumlah tersebut berada dalam tulang dan mobilisasinya sangat lambat. Dalam konsentrasi tinggi seng ditemukan juga pada iris, retina, hepar, pankreas, ginjal, kulit, otot, testis dan rambut, sehingga kekurangan seng berpengaruh pada jaringan-jaringan tersebut. Di dalam darah seng terutama terdapat dalam sel darah merah, sedikit ditemukan dalam sel darah putih, trombosit dan serum. Kira-kira 1/3 seng serum berikatan dengan albumin atau asam amino histidin dan sistein. Dalam 100 ml darah terdapat 900 ml seng dan dalam 100 ml plasma terdapat 90-130 mg seng. Seng terlibat pada lebih dari 90 enzim yang hubungannya denga metabolisme karbohidrat dan energi, degradasi/sintesis protein, sintesis asam nukleat, biosintesis heme, transpor CO2 (anhidrase karbonik) dan reaksi-reaksi lain.
Pengaruh yang paling nyata adalah dalam metabolisme, fungsi dan pemeliharaan kulit, pankreas dan organ-organ reproduksi pria, terutama pada perubahan testosteron menjadi dehidrotestosteron yang aktif. Dalam pankreas, seng ada hubungannya dengan banyaknya sekresi protease yang dibutuhkan untuk pencernaan.
Dosis konsumsi seng (Zn) sebanyak 2 gram atau lebih dapat menyebabkan muntah, diare, demam, kelelahan yang sangat, anemia, dan gangguan reproduksi. Suplemen seng (Zn) bisa menyebabkan keracunan, begitupun makanan yang asam dan disimpan dalam kaleng yang dilapisi seng (Zn) (Almatsier, 2001 dalam Anonim, 2010). 
Logam Zn sebenarnya tidak toksik, tetapi dalam keadaan sebagai ion, Zn bebas memiliki toksisitas tinggi .zinc shakes atau zinc chills disebabkan oleh inhalasi Zn-oksida selama proses galvanisasi atau penyambungan bahan yang mengandung Zn. Meskipun Zn merupakan unsure esensial bagi tubuh, tetapi dalam dosis tinggi Zn dapat berbahaya dan bersifat toksik. Absorpsi Zn berlebih mampu menekan absorpsi Co dan Fe.Paparan Zn dosis besar sangat jarang terjadi. Zn tidak diakumulasi sesuai bertambahnya waktu paparan karena Zn dalam tubuh akan diatur oleh mekanisme homeostatik, sedangkan kelebihan Zn akan diabsorpsi dan disimpan dalam hati(Widowati et al, 2008).Zn yang berlebih dan dicampurkan dalm makanan dapat menyebabkan hidrosefalus pada hewan uji tikus dan juga akan memengaruhi metabolisme dalm perkembangan mesoderm untuk rangka.
Konsumsi Zn berlebih mampu mengakibatkan defisiensi mineral lain. Toksisitas Zn bisa bersifat akut dan kronis. Intake Zn 150-450 mg/ hari mengakibatkan penurunan kadar Cu, pengubahan fungsi Fe, pengurangan imunitas tubuh, serta pengurangan kadar high density lipoprotein (HDL) kolesterol. Satu kasus yang dilaporkan karena seseorang mengonsumsi 4 g Zn-glukonat (570 mg unsure Zn) yang setelah 30 menit berakibat mual dan muntah.Pemberian dosis tunggal sebesar225-50 mg Zn bisa mengakibatkan muntah, sedangkan pemberian suplemen dengan dosis 50-150 mg/ hari mengakibatkan sakit pada alat pencernaan. Konsumsi Zn berlebih dalam jangka waktu lam bisa mengakibatkan defisiensi Cu. Total asupan Zn sebesar 60 mg/ hari (50 mg suplemen Zn dan 10 mg Zn dari makanan) dapat nmengakibatkan defisiensi Cu. Konsumsi Zn lebih dari 50 mg/ hari selama beberapa minggu bisa menggangu ketersediaan biologi Cu, sedangkan konsumsi Zn yang tinggi bisa mempengaruhi sintesis ikatan Cu protein atau metalotionin dalam usus. Konsumsi Zn berlebih akan menggangu metabolisme mineral lain, khususnya Fe dan Cu(Widowati et al, 2008).
Ion Zn bebas dalam larutan bersifat sangat toksik bagi tanaman, hewan invertebrate, dan ikan. Penggunaan intranasal atau nasal spray Zn bagi penderita sakit tenggorokan bisa mengakibatkan kehilangan indra penciuman (anosnia). Inhalasi debu Zn-oksida bisa mengakibatkan metal iume fever(Widowati et al, 2008).
Toksisitas akut Zn terjadi sebagai akibat dari tindakan mengonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi Zn dari wadah/ panic yang dilapisi Zn. Gejala toksisitas akut bisa berupa sakit lambung, diare, mual, dan muntah. Pemberian bersama suplemen Zn dan jenis antibiotik tertentu, yaitutetracyclines dan quinolones bisa mengurangi absorpsi antibiotic sehinnga daya sembuh berkurang(Widowati et al, 2008).
2    Bagi lingkungan
Produksi seng dunia masih meningkat. Ini pada dasarnya berarti bahwa semakin banyak seng berakhir di lingkungan. Air tercemar dengan seng, karena adanya jumlah besar dari seng dalam air limbah tanaman industri. Air limbah ini tidak dimurnikan memuaskan. Salah satu konsekuensi adalah bahwa sungai tercemar penyetoran seng-lumpur di bank mereka. Zinc juga dapat meningkatkan keasaman air.
Beberapa ikan dapat terakumulasi seng dalam tubuh mereka, ketika mereka tinggal di seng-saluran air yang terkontaminasi. Ketika seng memasuki tubuh ikan ini ia mampu bio memperbesar sampai rantai makanan. Jumlah besar seng dapat ditemukan di tanah. Ketika tanah lahan pertanian yang tercemar dengan seng, hewan akan menyerap konsentrasi yang merusak kesehatan mereka. Larut dalam air seng yang terletak di tanah dapat mencemari air tanah.
Seng tidak bisa hanya menjadi ancaman bagi ternak, tetapi juga untuk spesies tanaman. Tanaman sering memiliki serapan seng yang sistem mereka tidak dapat menangani, karena akumulasi dari seng di tanah. Pada tanah yang kaya seng hanya sejumlah terbatas tanaman memiliki kesempatan untuk bertahan hidup. Itulah sebabnya tidak ada banyak keanekaragaman tanaman di dekat pabrik-pabrik membuang seng. Karena efek pada seng tanaman merupakan ancaman serius terhadap produksi lahan pertanian. Meskipun ini mengandung seng pupuk masih diterapkan. Akhirnya, seng dapat mengganggu aktivitas dalam tanah, karena pengaruh negatif aktivitas microrganisms dan cacing tanah. Rincian materi organik serius dapat memperlambat karena hal ini.
e.       Kadar Batas Aman
Beberapa ketentuan/peraturan tentang batasan nilai kandungan seng pada suatu bahan dari berbagai lembaga maupun instansi yang berwenang sebagai berikut :
1.      Berdasarkan pada Pedoman Baku Mutu Lingkungan, kandungan seng dalam makanan maksimum 0,001 ppm . kadar aman dalam tubuh manusia 2-3 gram. Kandungan Zn di dalam lingkungan air (misalnya yang terabsorp oleh alga) dapat mempengaruhi kesehatan bila terdapat dalam jumlah yang berlebih. Keberadaan Zn dalam lingkungan berdasarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1971 yaitu sebesar 5 ppm sedangkan batas maksimal yang diperbolehkan adalah 15 ppm (Buckle, 1987).
2.      Menurut Permenkes standar seng dalam air minum maksimum yang diperbolehkan adalah  15  mg/l. Efek racun Zn pada manusia adalah pada konsentrasi yang tinggi antara 300—360 ppm, yaitu menyebabkan gangguan fisik seperti diare yang berat, keram perut dan muntah. Suatu sumber air minum yang mengandung Zn 26,6 mg/l tidak berbahaya bagi manusia, tetapi untuk air minum dengan badar Zn 30,8 mg/l sudah menyebabkan mual dan mabuk. Dari  segi estetika air yang mengandung Zn 30 mg/l akan tampak seperti susu dan bila direbus timbul suatu lapisan seperti minyak pada permukaan airnya (Suprijanto dan Agustina, 1988).
3.      Nilai Ambang Batas Zn dalam sedimen untuk kehidupan biota adalah 271 ppm. Kadar logam berat Zn yang terdapat dalam sedimen yang tidak terkontaminasi paling rendah adalah sebesar 0.01 ppm. Zn juga bersifat racun dalam kadar tinggi, namun dalam kadar rendah dibutuhkan oleh organism sebagai ko-enzim.
4.      Baku mutu parameter logam untuk biota laut (menurut KepMen LH 51 tahun 2004) Seng (Zn) adalah 0,05 mg/l. Baku mutu parameter logam untuk pelabuhan (menurut KepMen LH 51 tahun 2004) Seng (Zn) adalah0,05 mg/l. Baku mutu parameter logam untuk wisata bahari (menurut KepMen LH 51 tahun 2004) (Zn) adalah 0,095 mg/l

2.3           Nikel (Ni)
a.       Sumber Bahan Pencemar
Nikel adalah komponen yang ditemukan banyak dalam meteorit dan menjadi ciri komponen yang membedakan meteorit dari mineral lainnya. Meteorit besi atau siderit, dapat mengandung alloy besi dan nikel berkadar 5-25%. Nikel diperoleh secara komersial dari pentlandit dan pirotit di kawasan Sudbury Ontario, sebuah daerah yang menghasilkan 30% kebutuhan dunia akan nikel.
Nikel berwarna putih keperak-perakan dengan pemolesan tingkat tinggi. Bersifat keras, mudah ditempa, sedikit ferromagnetis, dan merupakan konduktor yang agak baik terhadap panas dan listrik. Nikel tergolong dalam grup logam besi-kobal, yang dapat menghasilkan alloy yang sangat berharga.
Nikel dapat mencemari air tanah maupun air permukaan baik perairan laut maupun darat seperti sungai, danau dan waduk. Di perairan, nikel ditemukan dalam bentuk koloid. Garam-garam nikel misalnya nikel amonium sulfat, nikel nitrat, dan nikel klorida bersifat larut dalam air. Pada kondisi aerob dan pH kurang dari 9, nikel membentuk senyawa kompleks dengan hidroksida, karbonat, dan sulfat dan selanjutnya mengalami presipitasi. Demikian juga pada kondisi anaerob, nikel bersifat tidak larut. Di muara sungai, nikel menunjukkan konsentrasi yang semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kekeruhan. Peningkatan konsentrasi nikel terlarut pada tingkat kekeruhan yang tinggi terjadi karena proses desorpsi dari partikel-partikel yang ada di muara sungai dan proses resuspensi (Darmono, 1995).
b.      Tingkat Pencemaran
Indonesia dikenal sebagai negara pengekspor nikel dunia dan memiliki cadangan nikel mencapai 3,2 miliar ton atau lima persen dari cadangan nikel seluruh dunia. Pada tahun 2009 produksi ferronikel indonesia yaitu 12.550 metrik ton, dan produksi nikel 6,52 juta metrik ton. Produksi ferronikel dunia adalah 1,38 juta ton, dan konsumsinya adalah sebesar 1,3 juta ton. Produksi dan konsumsi nikel dunia meningkat dari tahun ke tahun, mencapai 2,4% per tahun (International Nickel Study Group 2009).
Tambang nikel Provinsi Sulawesi Tengah cukup potensi saat ini. Potensi cadangan nikel yang paling besar terdapat di Kabupaten Morowali mencapai luas 215.290 ha, tesebar pada 9 wilayah kecamatan berarti semua kecamatan yang ada di Kabupaten Morowali mempunyai potensi nikel. Salah satunya terdapat di Kecamatan Bungku Pesisir.
Nikel merupakan salah satu jenis logam berat yang memiliki sifat toksik. Logam berat nikel dapat meracuni darah, menganggu sistem pernapasan, merusak jaringan, selaput lendir, dan mengubah sistem sel. Pengaruh logam berat terhadap perubahan tingkah laku dan penyimpangan fisiologis tubuh organisme telah lama diketahui. Perubahan pola tingkah laku diekspresikan sebagai respon stres dan penyimpangan fisiologis akan menyebabkan fungsi jaringan tubuh terganggu dan komponen-komponen darah berubah. Oleh karena itu sejak tahun 2006, masyarakat Uni Eropa telah mengusulkan ke WTO untuk menetapkan nikel sebagai dangerous subtances (Abraham, 2009).
Lokasi pertambangan nikel memiliki potensi yang tinggi untuk meningkatkan konsentrasi logam-logam berat yang selalu berasosasi dengan mineral seperti nikel diantaranya Pb, Cr, Fe, Cd, Cu, Zn dan Ni (Permen LH, No 9/2006). Hal ini dimungkinkan mengingat lokasi penambangan nikel sangat dekat dengan perairan pesisir pantai yang hanya berjarak antara 0 – 3 km dari bibir pantai, sehingga sisa-sisa nikel yang terdapat di area pertambangan akan terbawa air hujan ataupun melalui tiupan angin dan kemudian mengendap di perairan dan muara sungai.
Hamzah (2009) menyatakan bahwa dampak yang dapat dilihat langsung akibat kegiatan pertambangan nikel adalah meningkatnya kekeruhan perairan pantai di sekitar daerah penambangan, kekeruhan dapat berpotensi meningkatkan konsentrasi nikel dalam air.
Perusahaan tambang nikel  Indonesia terletak di pulau Sulawesi sekitar Danau Matana, Danau Towuti, Kolaka , dan Soroako , di daerah tersebut memiliki tingkat pencemaranan melebihi ambang batas seperti yang di jelaskan oleh hasil jurnal penelitian dari Akumulasi Nikel (Ni) Dalam Darah Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal) yang Dibudidayakan di Sekitar Area Tambang oleh Mahasiswa FPIK Universitas Haluoleo menyebutkan Kadar logam berat nikel (Ni) pada ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) rata-rata 1.37 ppm. Nilai ini menunjukkan bahwa kadar Ni yang ditemukan dalam darah ikan telah melampaui nilai ambang batas yang ditetapkan, yaitu 0.008 ppm. Yang dapat menimbulkan dampak merugikan bagi ekosistem , biota , ataupun manusia. Namun untuk di luar dari pulau Sulawesi , kandungan nikel masih relative rendah.
c.       Faktor yang Mempengaruhi Pencemaran Nikel (Ni)
Faktor yang mempengarui pencemaran nikel adalah pembuangan hasil limbah industry yang langsung di buang ke perairan tanpa melalui proses pengolahan , sumber pencemaran nikel di perairan berasal dari limbah industri pelapisan nikel (electroplating), industri kertas, industri pupuk dan industri baja, limbah rumah tangga dan pupuk pertanian (Kartika, 2010). Limbah industri ini mengandung senyawa nikel berbahaya seperti NiSO4 dan NiCl2 (Kartika, 2010). Untuk industri pelapisan nikel, logam berat yang terkandung dalam limbah cairnya adalah logam Ni (nikel). Walaupun jumlah limbah yang dihasilkan tidak sebanyak limbah dari industri lain, namun karena sifatnya yang sangat beracun maka limbah ini sangat berbahaya bagi manusia serta dapat mengancam kehidupan biota disekitarnya, maka sebelum dibuang ke luar pabrik harus diolah terlebih dahulu. Sebagai gambaran dapat disebutkan komposisi bahan kimia berbahaya yang ada dalam air buangan dari industri pelapisan logam di Ngunut, Tulungagung pada tahun 2002 misalnya tembaga 31,85 ppm, nikel 63,1 ppm, krom 0,06 ppm, Fe 64,44 ppm dan pH 3,3 (Palar, 2004). Berbagai jenis pupuk pertanian baik organik maupun anorganik juga mengandung logam berat termasuk nikel. Kadar logam berat pada pupuk P, pupuk N, pupuk kandang dan kompos berturut-turut 7-225 ppm, 227 ppm, 1,1-27 ppm, dan 1,3-2,24 ppm. Pupuk organik dan kompos dibuat dari bahan organik seperti bahan hijau tanaman, sampah kota dan lain-lain. Pupuk organik yang berasal dari sampah kota dapat tercemar limbah B3 atau logam berat karena berbagai macam limbah rumah tangga dan sampah kota yang terdiri atas sisa sayur-sayuran tercampur dengan baterai bekas, kaleng, seng, aluminium foil, yang tercemar B3. Pupuk pertanian dengan kandungan nikel ini bisa mencemari air tanah dan sungai di sekitar areal pertanian (Setyorini, 2003).
d.      Efek Toksik pada Organisme & Ekosistem
Sebagian dari logam berat bersifat essensial bagi organisme air untuk pertumbuhan dan perkembangan hidupnya, antara lain dalam pembentukan haemosianin dalam sistem darah dan enzimatik pada biota (Darmono, 1995). Berdasarkan sifat kimia dan fisikanya, maka tingkat atau daya racun logam berat terhadap hewan air dapat diurutkan (dari tinggi ke rendah) sebagai berikut merkuri (Hg), kadmium (Cd), seng (Zn), timah hitam (Pb), krom (Cr), nikel (Ni), dan kobalt (Co) (Sutamihardja dkk, 1982). Menurut Darmono (1995) daftar urutan toksisitas logam paling tinggi ke paling rendah terhadap manusia yang mengkomsumsi ikan adalah sebagai berikut Hg2+ > Cd2+ >Ag2+ > Ni2+ > Pb2+ > As2+ > Cr2+ Sn2+ > Zn2+. Sedangkan menurut Kementrian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1990) sifat toksisitas logam berat dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok, yaitu :
a  Bersifat toksik tinggi (Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn)
b. Bersifat toksik sedang (Cr, Ni, dan Co)
c. Bersifat tosik rendah (Mn dan Fe).
Kadar nikel di perairan tawar alami adalah 0,001 – 0,003 mg/liter (Scoullos dan Hatzianestis, 1989,in Moore,1990in Effendi 2003); sedangkan pada perairan laut berkisar antara 0,005 – 0,007 mg/liter (Mc Neely et al., 1979).
Adanya logam berat di perairan, berbahaya baik secara langsung terhadap kehidupan organisme, maupun efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat logam berat ( PPLH-IPB, 1997; Sutamihardja dkk, 1982) yaitu :
1.  Sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan perairan dan   keberadaannya secara alami sulit terurai (dihilangkan)
2.  Dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan, dan akan membahayakan kesehatan manusia yang mengkomsumsi organisme tersebut
3.  Mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu lebih tinggi dari konsentrasi logam dalam air
4. Mudah tersuspensi karena pergerakan masa air yang akan melarutkan kembali logam yang dikandungnya ke dalam air, sehingga sedimen menjadi sumber pencemar potensial dalamskala waktu tertentu
Walaupun terjadi peningkatan sumber logam berat, namun konsentrasinya dalam air dapat berubah setiap saat. Hal ini terkait dengan berbagai macam proses yang dialami oleh senyawa tersebut selama dalam kolom air. Parameter yang mempengaruhi konsentrasi logam berat di perairan adalah suhu, salinitas, arus, pH dan padatan tersuspensi total atau seston.
Nikel dalam jumlah kecil dibutuhkan oleh tubuh, tetapi bila terdapat dalam jumlah yang terlalu tinggi dapat berbahaya untuk kesehatan manusia, yaitu : menyebabkan kanker paru-paru,kanker hidung, kanker pangkal tenggorokan dan kanker prostat, merusak fungsi ginjal,meyebabkan kehilangan keseimbangan, menyebabkan kegagalan respirasi, kelahiran cacat,menyebabkan penyekit asma dan bronkitis kronis serta merusak hati.
Gerberding J.L (2005) melaporkan bahwa dalam konsentrasi tinggi nikel di tanah berpasir merusak tanaman dan di permukaan air dapat mengurangi tingkat pertumbuhan algae. Lebih lanjut dikatakan bahwa nikel juga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme, tetapi mereka biasanya mengembangkan perlawanan terhadap nikel setelah beberapa saat. Ketoksikan nikel pada kehidupan akuatik bergantung pada spesies, pH, kesadahan dan faktor lingkungan lain(Blaylock dan Frank, 1979).
e.       Kadar Batas Aman
Untuk melindungi kehidupan organisme akuatik, kadar Ni sebaiknya tidak melebihi 0.025 mg/l (Moore, 1991 dalam Effendi, 2003). Agar tidak mencemari lingkungan, limbah yang akan dibuang kadar logamnya tidak boleh melewati batas kadar maksimum yang diperbolehkan oleh regulasi pemerintah (KEP-51/ MEN LH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri). Kadar maksimum Cr, Cu, Fe, dan Ni dalam limbah industri yang diperbolehkan berturut-turut adalah 0.5 mg/L, 2 mg/L, 5 mg/L, dan 2 mg/L.
2.4           Diterjen dan Sabun
a.       Sumber Bahan Pencemar
Deterjen menjadi bahan pencemar karena deterjen buatan atau synthetic detergent adalah campuran sejenis senyawa bahan pembersih yang berkandungan utama zat surfaktan (surfactant atau surface active agents) dengan bahan – bahan lain seperti zat pengisi (filter), pembentuk (builder) serta komponen lain seperti pewarna, pewangi, boosters dan lain – lain. Surfaktan adalah senyawa kimia yang mudah larut dalam cairan yang memungkinkannya terserap pada zat lain sehingga zat tersebut menjadi mudah larut dalam cairan yang memungkikannya terserap sehingga zat tersebut menjadi mudah larut atau memiliki sifat kimia fisika tertentu dalam suatu cairan. Molekul surfaktan setidaknya berkandungan satu gugus yang memiliki afinitas pada permukaan cairan polar, yang umumnya dipahami sebagai tingkat kelarutan dalam air, dan satu gugus lain yang tidak gampang berafinitas dengan air.
Limbah detergen yang mencemari badan air atau sumur gali umumnya berasal dari limbah rumah tangga dan berbagai kegiatan masyarakat yang menggunakan detergen secara besar – besarran, sehingga pencemaran air bersih oleh zat ini semakin hari semakin mengkhawatirkan.
b.      Tingkat Pencemaran
1.      Ikan dalam air sabun
·         Sabun mudah bercampur dengan air.
·         Molekul sabun lebih mudah terdegradasi oleh bakteri pengurai.
·         Air akan menjadi keruh sehingga  sinar matahari dan oksigen sulit menembus air, ikan jadi sulit bernapas.
·         Air sabun juga menaikkan pH air sehingga ikan cepat mati (pH normal untuk ikan: 6,5 – 7).
2.      Ikan dalam air deterjen
·         Deterjen mudah tercampur dengan air.
·         Molekulnya sulit diuraikan oleh bakteri pengurai.
·         Air akan menjadi keruh sehingga  sinar matahari dan oksigen sulit menembus air, ikan jadi sulit bernapas.
·         Deterjen yang menggunakan bahan non-Fosfat akan menaikkan pH air sampai sekitar 10,5-11 dan menyebabkan ikan mati.
3.      Factor yang Mempengaruhi Pencemaran Diterjen dan Sabun
Factor yang mempengaruhi pencemaran deterjen dan sabun adalah pembuangan limbah yang digunakan oleh masyarakat setelah mencuci. Adapun limbah tersebut mengandung bahan – bahan berbahaya yang dapat menyebabkan peningkatan BOD dan COD diperairan.
4.      Efek Toksik pada Organisme dan Ekosistem
Efek paling nyata yang disebabkan oleh limbah Detergen rumah tangga adalah terjadinya eutrofikasi (pesatnya pertumbuhan ganggang dan enceng gondok). Limbah Detergen yang dibuang ke kolam ataupun rawa akan memicu ledakan pertumbuhan ganggang dan enceng gondok sehingga dasar air tidak mampu ditembus oleh sinar matahari, kadar oksigen berkurang secara drastis, kehidupan biota air mengalami degradasi, dan unsur hara meningkat sangat pesat. Jika hal seperti ini tidak segera diatasi, ekosistem akan terganggu dan berakibat merugikan manusia itu sendiri, sebagai contoh saja lingkungan tempat pembuangan saluran selokan. Secara tidak langsung rumah tangga pasti membuang limbah Detergennya melalui saluran selokan ini, dan coba kita lihat, di penghujung saluran selokan begitu banyak eceng gondok yang hidup dengan kepadatan populasi yang sangat besar.
Selain merusak lingkungan alam, efek buruk Detergen yang dirasakan tentu tak lepas dari para konsumennya. Dampaknya juga dapat mengakibatkan gangguan pada lingkungan kesehatan manusia. Saat seusai kita mencuci baju, kulit tangan kita terasa kering, panas, melepuh, retak-retak, gampang mengelupas hingga mengakibatkan gatal dan kadang menjadi alergi.
Detergen sangat berbahaya bagi lingkungan karena dari beberapa kajian menyebutkan bahwa Detergen memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan bersifat karsinogen, misalnya 3,4 Benzonpyrene, selain gangguan terhadap masalah kesehatan, kandungan detergen dalam air minum akan menimbulkan bau dan rasa tidak enak. Sedangkan tinja merupakan jenis vektor pembawa berbagai macam penyakit bagi manusia. Bagian yang paling berbahaya dari limbah domestik adalah mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja, karena dapat menularkan beragam penyakit bila masuk tubuh manusia, dalam 1 gram tinja mengandung 1 milyar partikel virus infektif, yang mampu bertahan hidup selama beberapa minggu pada suhu dibawah 10 derajat Celcius.
Dalam jangka panjang, air minum yang telah terkontaminasi limbah Detergen berpotensi sebagai salah satu penyebab penyakit kanker (karsinogenik). Proses penguraian Detergen akan menghasilkan sisa benzena yang apabila bereaksi dengan klor akan membentuk senyawa klorobenzena yang sangat berbahaya. Kontak benzena dan klor sangat mungkin terjadi pada pengolahan air minum, mengingat digunakannya kaporit (dimana di dalamnya terkandung klor) sebagai pembunuh kuman pada proses klorinasi.
Detergen juga memiliki andil besar dalam menurunkan kualitas air. Bahan kimia organik seperti pestisida dan fenol akan mudah diserap oleh ikan, dengan konsentrasi Detergen hanya 2 ppm dapat diserap ikan dua kali lipat dari jumlah bahan kimia lainnya.Detergent juga memberi efek negatif bagi biota air. Fosfat dalam Detergen dapat memicu ganggang air tawar bunga untuk melepaskan racun dan menguras oksigen di perairan. Ketika ganggang membusuk, mereka menggunakan oksigen yang tersedia untuk mempertahankan hidupnya.





5.      Kadar Batas Aman
PARAMETER
KADAR MAKSIMUM
BEBAN PENCEMARAN MAKSIMUM
(mg/liter)
(kg/hari.Hari)
BOD5
50
4.3
COD  
100
8.6
TSS    
200
17.2
pH      
6.0 - 9.0
Sumber : Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 3/MENLH/1/1998
                 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri
Ditergen yang menyebabkan limbah rumah tangga diperairan banyak mengandung bahan – bahan kimia yang bisa menyebabkan perubahan kualitas perairan. Kualitas perairan tersebut apabila melebihi ambang batas yang telah ditetapkan oleh KepMen LH akan mengakibatkan pencemaran didaerah tersebut.












BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan          
Suatu perairan yang tercemar oleh limbah baik itu limbah organik maupun limbah anorganik. Limbah – limbah tersebut dapat memberikan dampak bagi ekosistem dan biota didalam perairan tersebut maupun bagi kesehatan manusia.
3.2 Saran
Bagi industri – industri yang menggunakan limbah rumah tangga tersebut sebaiknya limbah tersebut diolah terlebih dahulu sebelum limbah tersebut dibuang ke perairan agar perairan tersebut tidak tercemar.












DAFTAR PUSTAKA
1.      Ahmad, Fasmi.2012. TINGKAT PENCEMARAN LOGAM BERAT DALAM AIR LAUT DAN SEDIMEN DI PERAIRAN PULAU MUNA, KABAENA, DAN BUTON SULAWESI TENGGARA. Stasiun Penelitian Lapangan, Pusat Penelitian Oseanografi, LIPI, Ternate, Maluku Utara, Indonesia.
2.      Elisabet ratnawati sunarko, 2009. Penuntun kandungan logam pada kerang hijau dengan metode analisis aktivasi neuron komparatif
3.      KMNLH, 2004. Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan. Kantor Menteri Negara Kependudukan Lingkungan Hidup 2004. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Kep-51/MNLH/200. Sekretariat Negara, Jakarta.
4.      Lala, Faraht. 2012. Makalah Toksikologi Cadmium (Cd). Diakses melalui : http://tralalaikrima.blogspot.co.id/2012/04/makalah-toksikologi-tentang-kadmium-cd.html
5.     Mardihasbullah Evan , Idris Muhammad, Sabilu Kadir .2012. Akumulasi Nikel (Ni) Dalam Darah Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal) yang Dibudidayakan di Sekitar Area Tambang. Jurnal mina laut Indonesia . I (1) 2012 : 84-92 . Universitas Haluoleo Kampus Hijau Bumi Tridharma Kendari
6.      Palar,heryanto.1994.Pencemaran dan Toksikologi Logam berat. Jakarta : Rineka Cipta
7.      Pardede, Dinarti. 2015. Makalah Ekotoksitologi. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Diakses melalui: http// http://dinartapardd35.blogspot.co.id/2015/05/logam-berat-zn-di-perairan.html
8.     Yaqin khusnul , Suwarni , Umar Tauhid .n/d . Status Pencemaran Logam Di Peraian Kabupaten Bantaeng , Sulawesi Selatan . Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin.